Minggu, 29 Januari 2012

Lebih Dekat dengan Rachel Ward, Penulis Laris Numbers




Kapan kau mulai menulis?
Aku mulai menulis cerita pendek dan novel sejak lima tahun yang lalu. Aku menulis dua novel untuk anak-anak yang ditolak oleh setiap agen dan penerbit yang kukirimi naskahnya. Jadi, Numbers merupakan keberuntungan ketiga.

Apakah kau gemar menulis cerita sewaktu masih kanak-kanak?
Aku cukup baik dalam pelajaran Bahasa Inggris di sekolah, tapi aku tidak mendalaminya. Aku mengambil A-level Geografi dan Sains, dan meraih gelar sarjana Geografi.

Apa yang membuatmu terinspirasi? Dari mana kau mendapatkan ide-idemu?
Ide-ideku datang dari berbagai tempat: kehidupan sehari-hari, TV, film, buku-buku lain, mimpi.

Apakah kau gemar membaca? Apakah buku atau siapakah pengarang kesukaanmu?
Sekarang aku gemar membaca, tetapi aku sama sekali tidak membaca novel sewaktu masih remaja. Aku sama sekali tidak tertarik. Pada saat itu (tiga puluh tahun yang lalu) tidak ada ‘literatur remaja atau dewasa muda’ sementara sekarang ada yang dikhususkan untuk kalangan remaja di toko buku dan perpustakaan, yang menurutku bagus juga. Cara untuk menjembatani kesenjangan antara buku-buku anak-anak dan dewasa. Sekarang aku membaca buku-buku remaja dan dewasa dan menikmati buku-buku, di antaranya, karya Theresa Breslin, Phillip Pullman, Marcs Sedgwick, Meg Rosoff, Melvin Burgess, dan Damian Kelleher. Penulis bacaan dewasa kesayanganku di antaranya adalah Anne Tyler, Alexander McCall Smith, Rose Tremain, Rohinton Mistry, Nick Hornby, dan para penulis baru, Catherine O’Flynn dan Stef Penney.

Ceritakanlah tentang Numbers dan alur ceritanya/dari mana datangnya ide itu? Berapa lama waktu yang dbutuhkan untuk menulis? Bagaimana kau mengatur agar mendapatkan sebuah penerbit?
Number adalah buku untuk kalangan remaja dan dewasa muda, walaupun kurasa banyak orang dewasa yang akan menikmatinya juga. Buku itu merupakan kisah tentang seorang gadis berumur lima belas tahun, Jem, yang bisa melihat nomor saat menatap mata seseorang, tanggal kematian mereka. Dia berhubungan dengan anak lelaki dari sekolahnya, Spider, yang diketahuinya hidupnya hanya tinggal dua bulan lagi. Pada suatu hari saat berjalan-jalan di London, Jem melihat bahwa orang-orang yang sedang mengantre untuk naik ke London Eye punya nomor yang sama, dan itu tanggal hari itu...
Ini kisah seru, sekaligus kisah cinta. Gagasannya datang kepadaku pada salah satu pagi saat mengajak anjingku berjalan-jalan seperti biasa. Aku terpengaruh oleh cerita Golden Compas karya Philip Pullman, tentang seorang gadis cilik yang memiliki anugerah luar biasa. Kisah itu membuat aku membayangkan bagaimana kehidupan seseorang yang memiliki kelebihan di Inggris di zaman sekarang. Aku juga terpesona oleh serial TV Six Feet Under yang dilatarbelakangi rumah pemakaman dan adegan kematian pada awal setiap episode dengan sebuah nama dan tanggal kematian pada layar kaca. Film itu membuatku membayangkan bahwa ada tanggal di luar sana yang berlaku untuk masing-masing kita. Apakah akan ada bedanya kalau kita mengetahuinya? Berumur 40 juga membuat aku merenungkan kefanaan, dan karena aku sedikit memikirkannya, kupikir mungkin sebaiknya aku menulis tentang hal itu saja. Mungkin ini merupakan terapi dan aku menulis dengan pengalamanku mengatasi krisis paruh baya!
Diperlukan waktu enam bulan untuk menulis draf awalnya dan enam bulan untuk mengeditnya. Aku bertemu dengan penerbit melalui Frome Festival. Sebagai bagian dari Festival, kita bisa membuat perjanjian dengan editor fiksi mereka untuk mendapatkan saran tentang karya kita. Aku mengirimkan sinopsis dan bab pertama sebelumnya, dan saat aku bertemu dengan penerbit, katanya mereka sangat menyukainya! Itu adalah salah satu hari-hari yang paling menyanangkan dalam kehidupanku.

Apakah kau sudah pernah menerbitkan sesuatu sebelumnya?
Aku memenangkan hadiah penulis lokal pada Festival Frome 2006 dengan cerita pendek yang menjadi bab pertama dari novel Numbers. Itu diterbitkan di Internet, tetapi aku belum pernah menerbitkan karyaku sebelumnya.

Di mana dan kapan kau menulis?
Aku bisa menulis hampir di mana saja, walaupun waktu terbaikku dalam sehari adalah pagi-pagi sebelum semua orang bangun dan aku memiliki kedamaian dan ketenangan.

Apakah menurutmu menulis itu pekerjaan berat?
Menulis itu sama sekali bukan pekerjaan berat. Menulis itu menyenangkan! Aku sangat menyukainya! Kalau menulis bisa mencapai satu titik yang membuatku tidak menyukainya lagi, aku akan berhenti, tetapi untuk saat ini aku senang bermain-main dengan gagasan, membuat draf pertama, kemudian mengeditnya. 

Untuk mengetahui lebih jauh tentang Rachel, silakan kunjungi lamannya di http://rachelwardbooks.com/


Share on :

0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright Ufuk Fiction Magazine 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all