Senin, 30 Januari 2012

Berbincang dengan Karen White, Penulis Laris Falling Home


Falling Home adalah judul yang menarik—bagaimana frasa itu bisa tercetus?
Judul itu tercetus dengan cukup mudah. Cerita ini tentang pulang ke rumah, tetapi “Coming HomePulang ke Rumah” terdengar begitu pasif. Kepulangan Cassie ke Walton, Georgia, setelah bertahun-tahun pergi bersifat lebih penuh dorongan—dan muncullah kata “Falling.

Cassie, sang protagonis di Falling Home, adalah gadis dari Selatan yang pergi dari rumah secepat yang dia bisa. Apakah pilihannya mencerminkan pengalaman-pengalaman pribadimu?
Kedua orangtuaku berasal dari Mississippi, jadi aku selalu menganggap diriku sebagai gadis dari Selatan—walaupun ketika aku tumbuh besar aku berpindah-pindah di banyak tempat di dunia. Bahkan, aku tidak pernah benar-benar tinggal di Selatan sampai aku pindah ke Georgia delapan belas tahun yang lalu. Tetapi, aku menghabiskan sebagian besar masa kecilku dengan berharap ada kota di Selatan yang bisa kusebut kampung halaman, dan akhirnya aku belajar untuk berpuas diri dengan kunjungan tahunan ke rumah nenekku di Indianola, Mississippi.

Bisakah kau membayangkan tinggal di tempat lain selain di Selatan?
Kurasa, aku bisa membayangkannya, mengingat aku sudah pernah tinggal di tempat lain. Namun, menjadi orang Selatan lebih dari sekadar geografis, dan aku membayangkan diriku membawa-bawa keselatananku ke mana pun aku pergi. Tetapi, aku memang tidak menyukai cuaca dingin, jadi karena itu saja aku tidak bisa terlalu jauh di atas garis Mason-Dixon.

Apakah kota Walton, Georgia, benar-benar ada atau terinspirasi dari kota sungguhan?
Ada tempat bernama Walton County, tetapi tidak ada kota Walton, Georgia (sejauh pengetahuanku). Bagaimanapun, seorang teman kuliahku berasal dari Monroe, Georgia. Dia dan ibunya pernah membawaku berkeliling kota itu (termasuk ke rumah yang sejak sebelum perang masih ditinggali keluarganya), dan dari situlah aku tahu aku memiliki inspirasi untuk kota rekaan Walton. Tetapi, semua karakternya adalah rekaan!

Ketika kau memutuskan untuk merevisi versi awal Falling Home, bagaimana kau bisa menyelaraskan gaya tulisanmu yang terkini, dengan sebuah buku yang aslinya ditulis hampir satu dekade sebelumnya?
Buku-bukuku selalu menonjolkan cerita dan karakter-karakternya, dan aku menyukai kedua hal itu di dalam Falling Home. Karena hal itu, mengerjakan kembali buku ini terasa menyenangkan. Aku melewati proses yang organik ketika memulai lagi dari awal dan mempelajari lagi setiap adegan dengan pengalaman menulis sebanyak dua belas buku. Aku membiarkan para karakterku berbicara padaku dan membiarkan prosesnya berlanjut dari situ.

Apakah ada perbedaan antara dirimu sekarang sebagai seorang penulis dengan dirimu ketika kali pertama menulis Falling Home?
Percaya atau tidak, aku begitu lega melihat diriku tumbuh sebagai penulis selama delapan tahun antara Falling Home yang pertama dengan versi yang baru. Bukannya aku menganggap versi awalnya buruk, melainkan aku melihat kesempatan untuk plot yang lebih baik, karakter-karakter yang lebih dalam, dan jauh lebih sedikit melodrama.

Hal-hal apa saja yang berubah di antara kedua versi cerita?
Perubahan terbesar adalah dua sudut pandang tambahan. Versi awalnya diceritakan hanya dari sudut pandang Cassie. Mengingat buku-bukuku yang lebih baru terfokus pada hubungan antara perempuan—teman, kakak-adik, ibu-anak—aku menambahkan sudut pandang dari adik Cassie, Harriet, dan juga putri dari Harriet, Maddie. Aku senang melihat bagaimana hal ini memperdalam emosi yang bisa didapat pembaca dari cerita ini.


Share on :

0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright Ufuk Fiction Magazine 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all