Senin, 30 Januari 2012

Falcon Quinn, The Next Harry Potter

Apa yang kau katakan saat suatu hari ada yang memberitahumu bahwa ternyata kau bukan manusia?
Apa yang kau lakukan saat kau mengetahui kenyataan bahwa dirimu adalah seorang monster? Dan, bagaimana perasaanmu jika kemudian kau diperintahkan untuk berpura-pura menjadi manusia normal dan menghilangkan jati dirimu yang sebenarnya?

Bukan hal yang mudah, ya? Tapi, itulah yang terjadi pada Falcon Quinn dan kedua temannya, Megan dan Max, yang baru berusia 13 tahun. Suatu hari, saat mereka hendak pergi ke sekolah biasa seperti hari-hari biasanya, bus yang mereka tumpangi malah membawa mereka ke tempat asing, yaitu Akademi untuk para monster. Di sana mereka diberitahu bahwa mereka sebenarnya adalah monster. Mereka pun harus bersekolah di sana untuk menekan sifat monster mereka dan diajarkan untuk berpura-pura hidup sebagai manusia normal.
Sementara teman-temannya mulai menunjukkan identitas kemonsteran yang sesungguhnya seperti sasquatch, elemental, zombie, vampir, manusia serigala, dll, Falcon tetap belum menampakkan tanda-tanda khusus. Hasil tes yang diadakan di sekolah itu pun tidak memberikan jawaban pasti, hanya matanyalah yang terlihat aneh, mata kiri dan kanan yang memiliki warna berbeda semakin terasa tidak biasa.
Kemudian, kenyataan baru pun muncul. Falcon secara tidak sengaja mendengar pembicaraan para guru yang membahas tentang dirinya, bahwa Falcon memiliki dua jantung dan bahwa ia tidak sepenuhnya monster. Ia hanya setengah monster, dan setengahnya lagi adalah guardian—kelompok yang bertujuan untuk membasmi monster demi membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Keputusan dari para gurunya membuat Falcon ngeri. Falcon akan dihancurkan jika bagian dirinya yang merupakan guardian lebih berkembang.
Falcon pun diam-diam merencanakan sebuah pelarian bersama dengan teman-temannya. Dan tentu saja itu bukan hal mudah. Sedikit demi sedikit, kejutan-kejutan mengenai jati dirinya terkuak, dan petualangan kecil dalam pelariannya membawanya bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah ia sangka. Ia pun akhirnya harus memilih untuk berada di pihak guardian atau pihak monster. Dan jika ia memutuskan memilih jalannya sendiri, ia harus membayar mahal untuk itu, kehilangan teman, hingga harus berperang.
Membaca novel ini tidak mungkin tidak teringat dengan Harry Potter. Harry Potter ternyata seorang penyihir, sementara Falcon ternyata seorang monster. Keduanya masuk ke sebuah sekolah di tempat rahasia, satunya sekolah sihir, dan satunya sekolah monster. Jika di dalam Harry Potter para murid dipisahkan dalam kelas yang berbeda-beda sesuai karakternya dan diberi belajar sihir, dalam Falcon Quinn pun ada pemisahan murid sesuai jenis monster di menara yang berbeda dan ada pelajaran-pelajaran untuk menjadi manusia normal. Sangat tipikal Harry Potter, tapi itu hanya di awal-awalnya saja.
Plot dalam novel Falcon Quinn and The Black Mirror ini berkembang cukup baik hingga berhasil melepaskan diri dari kerangka Harry Potter. Pesan di dalam novel ini pun begitu kuat, yaitu tentang identitas diri dan bagaimana menerima jati diri sendiri. Persahabatan di dalamnya pun begitu kental, sebuah tambahan yang positif lagi untuk cerita ini. Di balik penampilan monster yang tidak menyenangkan, kita akan disuguhi karakter-karakter yang membuat kita bersimpati, terutama dengan perasaan mereka mengenai kasus manusia-monster-guardian dan pengorbanan dalam persahabatan mereka. Dan yang jelas, ending dalam cerita ini menjanjikan sebuah sekuel yang lebih menarik dan cukup membuat penasaran.
Share on :

0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright Ufuk Fiction Magazine 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all